Rabu, 27 Juli 2016

4 Model keluarga yg Allah abadikan dlm Al-quran utk pembelajaran bagi kita adalah :

1. Keluarga nabi Nuh AS. .
Nabi Nuh AS Allah utus utk menyeru kaumnya ke jalan Allah namun yg terjadi adalah nabi Nuh AS mendapat perlakuan tidak baik dari kaumnya bahkn istri dan anaknya. Ujian dari Allah SWT kepada Nabi Nuh AS memiliki istri dan anak yang ingkar pada Allah dan tidak juga patuh padanya. .

2. Model keluarga Asiyah. .
Asiyah seorang wanita yang shaleha, lurus hatinya dan taat pada Allah SWT; Allah uji dengan suaminya yang ingkar, durhaka dan juga kejam yaitu Fir’aun. .

Asiyah adalah wanita sholeha yang selalu menjaga kehormatan dirinya, ia selalu memegang teguh ketaatan dan ketakwaannya pada Allah SWT meskipun beragam cobaan yang begitu kejam dari Fir’aun padanya. .

3. Model keluarga Ali Imran. .
Ali Imran bukanlah nabi, hanya manusia biasa namun Allah SWT mengabadikan namanya dalam Al-quran. Ia adalah seorang laki-laki yang shaleh, taat dan bertakwa pada Allah SWT begitu juga dengan istrinya memiliki ketaatan yang ketakwaan yang selaras dengan dirinya. Dari keluarga inilah lahir seorang wanita yang shaleha yang selalu menjaga kesucian dirinya yaitu maryam. Dan, kita semua tau dari rahim maryamlah lahir nabi Isa AS. .

4. Model keluarga Rasulullah Muhammad. .
Inilah model keluarga terbaik hingga akhir zaman. Rasulullah memberikan teladan bagaimana membangun hubungan baik dengan istri, anak-anak bahkan dengan tetangganya. Sudah selayaknya kita menelusuri berbagai teladan kehidupan rasulullah dalam berkeluarga sebagai inspirasi terbaik bagi kita. .

Dua model terakhir diatas adalah model dimana seorang suami yang shaleh bertemu dengan istri yg shaleha, laki-laki istimewa yg selalu memilih jalan taat pd Allah yg bertemu dgn wanita-wanita mulia yg selalu menjaga diri dan kehormatannya. Dan kita bisa melihat pd akhirnya lahirlah generasi hebat. .

Bagi yg belum menikah semoga mjd inspirasi agar terus memperbaiki diri dan meningkatkan ketaatan agar Allah pertemukan dgn pasangan terbaik. Dan, bagi yg sudah menikah semoga mjd inspirasi agar terus berbenah diri, saling mengingatkan serta meningkatkan ketaatan & ketakwaan pd Allah. .

Nasehat dari seorang Ulama :

Duduklah bersama Ulama dengan akalmu
Duduklah bersama Pemimpin dengan ilmumu
Duduklah bersama teman dengan adab/etikamu.
Duduklah bersama keluarga dengan kelembutanmu
Duduklah bersama orang bodoh dengan kemurahan hatimu

Jadilah "teman" Allah dengan mengingatiNYA
Dan jadilah teman bagi dirimu sendiri dengan nasihatmu

Tidak perlu bersedih jika di dunia tidak ada yg menghargai kebaikanmu, kerana dilangit ada yg mengapresiasinya.
Kehidupan kita ibarat mawar, disamping memiliki keindahan yg membuat kita bahagia, juga memiliki duri sebagai senjata membela diri

Apa yang ditetapkan bagimu nescaya akan mendatangimu, meskipun kamu tidak ada daya.

Sebaliknya apa yang bukan milikmu, kamu tidak akan mampu meraihnya meski dengan kekuatanmu.

Tidak seorangpun yg memiliki sifat sempurna selain Allah, oleh kerana itu berhentilah dari menggali aib orang lain

Kesadaran itu pada akal, bukan pada usia, umur hanyalah bilangan harimu, sedangkan akal adalah hasil pemahaman dan kerelaanmu terhadap kehidupanmu.

Berlemah-lembutlah ketika berbicara dengan orang lain, kerana setiap orang merasakan derita hidupnya masing-masing, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.

Semua hal akan berkurang jika dibagi menjadi 2, kecuali KEBAHAGIAAN, justeru akan bertambah jika kamu berikan kepada yang lain.

Selasa, 19 Juli 2016

Pengertian Liqo dan Halaqah

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr.wb
Ada beberapa pertanyaan mengenai halaqoh yang ingin saya tanyakan :
1. Apa itu halaqoh/Liqo (pengertiannya)?
2. Seberapa pentingkah untuk ikut halaqoh?
3. Bagaimana kalau saya tidak ikut halaqoh lagi?
4. Seberapa besar peran Murabbi dalam menangani masalah mad'unya.
5. Apakah dalam memilih calon pendamping pun Murabbi yang menentukan?
6. Saya mulai ragu dengan MR saya. Pasalnya setiap kali pertemuan, pembahasan kami tak lain hanya sekedar ngobrol biasa. Dan tidak hanya saya saja yang mengalami teman saya yang lain pun merasa demikian. Karena kami haus sekali akan ilmu tauhid, fiqih, ibadah dan syariah. Untuk itu saya lebih tertarik berguru kepada yang lebih paham akan hal - hal tersebut. Setiap ditanyakan masalah menyangkut aqidah dsb itu jawaban MR menggantung (ragu). Bagaimana seharusnya kualitas Murabbi itu?
jazakillah...
wassalamu'alaikum wr.wb.

Ukhti

Jawaban :

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,

1. Makna Halaqah dan Liqo`

Secara bahasa halaqah artinya lingkaran dan liqo` artinya pertemuan. Secara istilah halaqah berarti pengajian dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam bahasa lain bisa juga disebut majelis taklim, atau forum yang bersifat ilmiyah. 

Istilah halaqah ini sangat umum di timur tengah dan biasa dilakukan di banyak masjid. Materinya bisa berkaitan dengan kitab tertentu seperti aqidah, fikih, hadits, sirah dan seterusnya. Contoh yang paling mudah bisa kita dapati di dua masjid Al-Haram, Mekkah dan Madinah. Setiap hari selalu dipenuhi dengan halaqah yang diisi oleh para masyaikh / ustaz yang merupakan pakar di bidangnya. 

Sedangkan isitlah liqo` lebih umum dari halaqah, karena isinya bisa saja bukan merupakan kajian ilmiyah, tetapi bisa diisi dengan rapat, pertemuan, musyawarah dan seterusnya.

Istilah halaqah dan liqo di Indonesia umumnya sering dikaitkan dengan pengajian dalam format kelompok kecil antar 5 s/d 10 orang, dimana ada satu orang yang bertindak sebagai nara sumber yang sering diistilahkan dengan murabbi / pembina. Secara umum, format halaqah dengan jumlah terbatas ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah bahwa anggota dari halaqah itu biasanya adalah orang-orang yang sudah terpilih melalui semacam seleksi. Sehingga lebih mudah untuk penangannya ketimbang bila jumlahnya terlalu banyak. Sehingga kontroling dari murabbi bisa lebih sempurna. 

Kekurangannya adalah apabila kemampuan sang murabbi ini terbatas baik dari sisi waktu, ilmu dan kemampuan dalam membina, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Dari sisi ilmu dan wawasan, halaqah kecil ini akan sangat tergantung dari wawasan sang murabbi. Bila kemampuannya baik, maka umumnya anggotanya pun punya wawasan yang baik. 

Sehingga meski pada beberapa sisi ada kelebihannya, tapi halaqah kecil ini perlu juga dilengkapi dengan penambahan ilmu-ilmu ke-islaman secara lebih lanjut dan lebih luas, bila ingin mencetak orang-orang yang ahli dalam bidang syariah Islam. Sekedar ikut halaqah yang jam pertemuannya hanya 2-3 jam sepekan tentu sangat kurang bila tujuannya adalah mendalami ilmu-ilmu keislaman. Apalagi bila sang murabbi terbatas ilmu dan kemampuan bahasa arabnya. 

Tapi umumnya, halaqah yang banyak diselenggarakan itu memang tidak bertujuan mencetak ahli syariah, tetapi lebih kepada membentuk wawasan dan kepribadian yang Islami. Untuk bisa menelurkan ahli syariah, yang dibuthkan adalah kuliah di fakultas syariah. Dan untuk melahirkan aktifis yang memiliki wawaan fikrah Islam serta memiliki kepribadian yang islami, sarana halaqah umumnya lumayan bermanfaat. 

Namun semua itu tidak lain hanyalah wasilah (sarana) yang bisa dimanfaatkan dalam rangka dakwah kepada Allah dan melahirkan generasi yang islami. 

2. Urgensi Ikut Liqo`

Sebagaimana yang kami jelaskan, liqo atau halaqah hanyalah sebuah format metode pembinaan yang selama ini cukup efektif untuk melahirkan kader-kader yang dibutuhkan. Tetapi esensinya adalah membina dan melahirkan afrad (individu) yang memiliki kriteria tertentu seperti berqidah yang shahih dan syamil, beribadah yang berkualitas, akhlaq yang mulia, produktif dalam beramal dan seterusnya. 

Biasanya sarana yang digunakan tidak berhenti pada pertemuan mingguan saja, tapi ada juga yang bersifat rekreatif, ilmiyah, hiburan dan seterusnya. Namun semua itu dalam rangka menghiduap sistem kehidupan yang islami. 

3. Tidak ikut Liqo`

Tidak ikut liqo` bukan suatu dosa yang akan membawa seseorang masuk neraka. Namun liqo` dalam makna istilah seperti yang kami sebutkan di atas selama ini sudah memiliki peran dalam rangka membentuk unsur-unsur kebaikan dalam tubuh umat Islam. Paling tidak merupakan sebuah gerakan alternatif dalam rangka menghidupkan Islam sebagai manhaj / sistem kehidupan. Dan arahnya adalah menuju kepada lahirnya generasi islami, rumah tangga islami, masyarakat islami bahkan hingga negara dan khilafah islamiyah. 

Sehingga seyogyanya setiap generasi muda Islam ini ikut aktif dan mengambil peranan dalam setiap jenis usaha untuk mensukseskan kebangkitan Islam. 

4. Peran Murabbi dalam menangani masalah mad`u-nya

Murabbi sebenarnya memiliki peran yang sangat signifikan dalam membina dan membentuk binaannya. Secara umum, sosok murabbi yang ideal adalah yang bisa menjadi sosok seorang ayah yang mengayomi, seorang guru yang mengajarkan ilmu, seorang sahabat sejati dan juga seorang pimpinan yang menunjuki. 

Berbeda dengan guru atau dosen yang tugasnya melemparkan materi dan pergi, murabbi justru bertugas untuk menemani dan hidup bersama dengan para binaannya, memberi teladan langsung dan juga menjadi sosok panutan. 

Karena itu tugas seorang murabbi sungguh sangat berat dan sukar. Karena harus merangkap sekian banyak peran dan tugas. Tapi hadirnya seorang murabbi ideal memang sebuah keharusan meski jalan menuju kesana penuh onak dan duri. 

5. Apakah dalam memilih calon pendamping pun Murabbi yang menentukan?

Bila hubungan antara murabbi dan mad`unya berlangsung dengan harmonis dan ideal, maka sebenarnya yang ada bukan perintah dan sekian banyak aturan-aturan yang kaku. Justru yang seharusnya ditumbuhkan adalah suasana mesra, harmonis, akrab, terbuka dan kasih. Sehingga bila suasana itu tercapai, wajarlah bila ada seorang mad`u yang merasa tenang dan tentram bila ber-curhat pada murabbinya. 

Sebaliknya bila hubungannya kurang harmonis, kaku, jauh, dingin dan angker, maka memaksakan mad`u untuk terbuka dan ber-curhat ria dengan murabbi merupakan ilusi. Alih-alih melahirkan rasa tsiqah, yang ada justru rasa tertekan dan terkekang. Washasil, akhirnya bisa saja seroang ma`du berkesimpulan, Buat apa ikut-ikut liqa` segala, kalau isinya hanya tidak boleh ini dan tidak boleh itu, harus begini dan harus begitu. 

Bila sudah sampai titik ini, maka sesungguhnya suasana sudah tidak sehat lagi. Sayangnya, yang sering terjadi adalah anggapan yang bersifat menggeralisir bahwa semua liqa / halaqah pastilah seperti itu. Padahal berapa banyak halaqah lainnya yang sangat mesra dan akrab. 

6. Keraguan pada Murabbi

Kalau anda melihat spesifikasi seorang murabbi ideal, maka memang untuk mencapai itu sangat sulit dan berat. Rasanya tidak semua orang mampu menjadi murabbi. Dalam kenyataan seperti itu, sebagai seorang mad`u, kita pun perlu memaklumi dan memahami realita yang ada. Bila sebuah liqa` tidak bisa sampai taraf ideal, tidak berarti kita berhak untuk meruntuhkannya atau meninggalkannya begitu saja. 

Sesungguhnya masih banyak cara untuk memperbaiki suasana dalam sebuah rumah tangga per-liqo-an, bila memang semua pihak sama-sama menyadari kelebihan dan kekurangannya. 
Masalah anda ingin belajar ilmu-ilmu syariat, seperti kami katakan, tidak semua murabbi memiliki kemampuan syar`i. Untuk itu silahkan anda mendaftarkan diri ke LIPIA atau universitas /ma`had Islam lainnya dalam rangka mendapatkan kafa`ah syar`iyah. Kalau perlu, ajaklah murabbi anda untuk mendaftar bersama??? Tapi, apakah ini termasuk berdakwah kepada murabbi ? jawabnya Wallahu A`lam Bish-Showab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Senin, 18 Juli 2016

Shalat Kita Bukan Shalat Qur’ani

Shalat kita pada umumnya- tidak mencegah kita dari perbuatan keji dan kemungkaran! Tahukah kamu, mengapa demikian? Karena shalat kita bukan shalat seperti yang diperintahkan Allah. Shalat kita telah dirusak oleh setan.

Bukti akan hal itu adalah bahwa orang-orang yang paling banyak shalat justeru mereka adalah orang yang paling getol dalam mengerjakan kemungkaran terbesar dalam pandangan Al Qur'an. Mereka orang yang paling jauh dari ilmu-ilmu pasti/ajaran-ajaran Al Qur'an teragung.

Shalat seharusnya difahami sesauai dengan tuntunan Qur'ani. Shalat dalam tuntunan Al Qur'an harus menjadikan kekhusyu'an sebagai rukun utama dan terpentingnya. Adapun shalat menurut tuntunan Mazhab tidak kita temukan di dalamnya kekhusyu'an sebagai rukun dan kewajibannya. Shalat dalam tuntunan Al Qur'an harus dibarengi dengan pengertian dan merasapi setiap kata yang diucapkan di dalamnya. Apa arti Allahu Akbar yang kamu ulang-ulang dalam shalat itu? Allah Maha besar dibanding apa? Apakah ada yang mampu menjawabnya dengan jujur?!

Andai saja dalam shalat, kita telah mampu meresapi makna Allahu Akbar saja pastilah langkah-langkah kita sudah berada di awal Shirath Mustaqim.

Ringkas kata, kita banyak ngomong tetapi tidak memahami apa yang kita omongkan.

Penyebab Rusaknya Makrifat Kita..

Seorang pembohong memandang kejujuran itu sebagai dusta, ia memerangi kejujuran dan membenci orang-orang jujur dengan anggapan bahwa sedang memerangi kebohongan. Ketika tolok ukur kejujuran dan kebohongan telah rusak, maka rusaklah pengetahuan.

Kuantitas Bukan Tolok Ukur..

Jangan memandang banyak dan sedikit (kuantitas) sebagai tolok ukur. Jika itu kamu lakukan, pasti kamu akan menyembah salah satunya. Jika kamu katakan yang Haq/hakikat maka kamu menyembah Allah.

Kita Harus Kembali Kepada Al Qur'an al Karim..

Aku benar-benar heran terhadap orang yang menganggap bernisbat/menyandarkan diri kepada Al Qur'an itu Bid'ah… sedangkan bernisbat kepada Hadis itu adalah Sunnah.

Sama sekali tidak ada pertentangan antara Al Qur'an dan Sunnah!

Di tengah-tengah umat banyak anak-anak sapi sesembahan (seperti patung anak sapi yang disembah bani Israil)! Jika tidak, lalu mengapakah mereka saling berperang, sedangkan Tuhan mereka satu?!

Nasihat Untuk Para Pengikut Ibnu Taimiyaa..

Saya tidak mengatakan kepada kalian, tinggalkan akidah Ibnu Taimiyah saja! Tidak! Tetapi, tinggalkan seluruh akidah, baik akidah Salafy, Syiah, Mu'tazilah dll. Cukupkan dirimu dengan Al Qur'an al Karim! Ambillah akidah darinya!

Keluarlah kalian dari kubangan hadist dan riwayat menuju Al Qur'an! Kita telah banyak menzalimi Al Qur'an dan kita telah desak dia dengan hadist-hadist dan riwayat-riwayat..

Benar! Ambillah dari hadist-hadist/riwayat-riwayat yang menyerupai Al Qur'an. Karena Al Qur'an adalah cahaya. Demikian Allah telah mensifatinya. Al Qur'an menunjukkan kepada jalan yang aqwam/yang paling lurus dan menyampaikan kepada tujuan. Tetapi setan sangat gigih untuk memporak-porandakan kita.

Allah berfirman:

(أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ)

"..Tidakkah telah Aku sampaikan kepada kalian hai anak Adam, janganlah kalian menyembah setan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu." - (QS. Yasin; 60)

Apa yang difahami oleh kaum DUNGU dari ayat di atas? Dan apa yang difahami oleh kaum berakal yang merenungkan hakikat ayat-ayat Allah?

Kaum DUNGU mengira bahwa peringatan Allah dari menyembah setan di atas adalah penyembahan dengan arti shalat, puasa untuk setan. Karena itu mereka merasa tenang bahwa mereka tidak menyembah setan! Kaum DUNGU mengira bahwa Allah berlebihan ketika memperingati kita: "Jangan menyembah setan" dan mereka mengira bahwa masalah ini sepele!

Umat Islam Telah Menelantarkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

Al Qur'an benar-benar tercampakkan, dan Nabi dihinakan/ditindas di tengah-tengah umatnya sendiri. Mu'awiyah telah berhasil mengurung Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di setiap tempat. Andai seluruh pendukung Al Qur'an dan pendukung Rasulullah. dikumpulkan tentu jumlah mereka tidak mencapai seperempat jumlah pendukung Si Thaghut seperti Mu'awiyah! Bukankah kenyataan ini memalukan sekali?!

Benar sekali apa yang dikeluahkan Guru kita; Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky… Umat Islam telah mencampakkan Al Qur'an… Ketika Al Qur'an dibaca dengan benar… ditafsirkan dengan benar… diamalkan dengan benar… ketika itu Al Qur'an menjadi barang dagangan yang paling tidak laku. akan tetapi jika Al Qur'an dipelesetkan maknanya… diperkosa tafsirnya…. dijadikan ajaran yang mendukung para Thaghut/kaum zalim, seperti Mu'awiyah dan para tiran di sepanjang masa, maka saat itu Al Qur'an diacungi jempul… Al Qur'an dijunjung tinggi…!

demikian juga dengan nasib Nabi mulia Muhammad shallaahu 'alaihi wasallam, Sunnah beliau dicampakkan… dibelakangi dan dibuang ke tong sampah ketika bertolak belakang dengan hawa nafsu para penjual agama atas nama agama… ketika Sunnah Nabi tidak berpihak kepada kaum tiran dan durjana murka seperti Mu'awiyah dan para fir'aun di sepanjang zaman, tidak terkecuali Fir'aun Arab yang hanya bangga unjuk kebiadaban dan kemunafikannya dengan membunuh kaum Muslimin atas nama Arabisme jahiliyah dan atas nama 'agama dan syari'at baru' yang dibawa oleh Ibnu Abdil Wahhab!

Wallahul Musta'an.

Rabu, 13 Juli 2016

Apa itu *CINTA*?

”Cinta adalah kekuatan yang membuat Bilal bin Rabah setegar gunung ketika menghadapi siksaan kaum kafir.

Cinta adalah kekuatan yang menjadikan Abu Bakar Ash Shiddhiq begitu dermawan dengan menginfaqkan seluruh hartanya demi Sang Kekasih.

Cinta adalah kekuatan yang menjadikan AbduLlah bin Jarrah sanggup melawan ayahnya demi Dzat yang dicintainya.

Cinta adalah kekuatan yang mengubah penjara jadi istana bagi Yusuf 'alayhissalam.

Cinta adalah kekuatan yang menjadikan Thariq bin Ziyad sanggup menyebrangi benua menaklukan Eropa untuk dipersembahkan kepada Sang Maha Pemilik Cinta.

Dan hari ini kita belajar tentang *_CINTA_*

Karena cinta kita memiliki kekuatan untuk menanggung lapar, haus dan payah demi Dzat yang kita cintai.

Mudah-mudahan esok hari kekuatan cinta akan membuat kita mampu melakukan perubahan yang dahsyat.

🌴 Satria Ibnu Abiy

Minggu, 03 Juli 2016

Ini tulisan yg aku tidak bosan membaca

😊🙏 :
Anak anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, etika tata krama, sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak anak yang tangguh, disenangi, dan disegani banyak orang.
Mereka tahu aturan makan table manner di restoran mewah. Tapi tidak canggung makan di warteg kaki lima.
Mereka sanggup beli barang-barang mewah. Tapi tahu mana yang keinginan dan kebutuhan.
Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota. Tapi santai saja saat harus naik angkot kemana-mana.
Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan. Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan.
Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja. Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah.
Mereka tidak norak saat bertemu orang kaya. Tapi juga tidak merendahkan orang yg lebih miskin darinya.
Mereka mampu membeli barang-barang bergengsi. Tapi sadar kalau yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas, kapasitas
dirinya, bukan dari barang yang dikenakan.
Mereka punya.. Tapi tidak teriak kemana -mana. Kerendahan hati yang membuat orang lain menghargai dan menghormati dirinya.
Jangan didik anak dari kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi sampai melupakan kesantunan, etika tata krama.
Hal hal sederhana tentang kesantunan seperti :
🔹Pamit saat pergi dari rumah,
🔹Permisi saat masuk ke rumah temen (karena ternyata banyak orang masuk ke rumah orang tidak punya sopan santun, tidak menyapa orang orang yang ada di rumah itu),
🔹Saat masuk atau pulang kerja memberi salam kepada rekan, terlebih pimpinan,
🔹Kembalikan pinjaman uang sekecil apapun,
🔹Berani minta maaf saat ada kesalahan,
🔹Tahu berterima kasih jika dibantu sekecil apapun.
Kelihatannya sederhana, tapi orang yang tidak punya attitude itu tidak akan mampu melakukannya.
Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir di keluarga yang kaya atau cukup.
Bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita kesantunan, etika tata krama, kesederhanaan.
Karena ini jauh lebih mahal dari pada sekedar materi dan reputasi

Siapa yang tidak ingin menjadi Ibu seperti Septi Peni Wulandani?

Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih sangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?

Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kita search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia.

Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.

Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut.

Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran. Akhirnya beliau pun menikah.

Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja.

Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah……Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren? Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga.

Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitu pun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik, lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan?

Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?

Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget.

Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.

Ara, anak kedua. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.

Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!! Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20. Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.

Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:

1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan.

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktik nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “Kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai.

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara homeschooling di mana ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe… Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta

10. Punya kurikulum yang keren, di mana pondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya. Daaaan masih banyak lagi.

Hhhhmmm… Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa.

Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife.

So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi. Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.

Dari kisah di atas, saya juga menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?